Friday, August 17, 2007

Belum Ada Judul - IWAN FALS

Pernah kita sama sama susah
Terperangkap didingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Digilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah lelap

Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai saat kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masing ingatkah kau

Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara di hati

Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga saat kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku sobat

Titip Rindu Buat Ayah - Ebiet G. Ade

Di matamu masih tersimpan
Selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan
Terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah
Keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah
Meski nafasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam
Dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu
Gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar
Legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia
Ayah
Dalam hening sepi ku rindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi
Kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang
Banyak menanggung beban.

Tatkala Letih Menunggu - Ebiet G. Ade

Menunggu ada kalanya terasa mengasyikkan
Banyak waktu kita miliki untuk berfikir
Sendiri sering kali sangat kita perlukan
Meneropong masa silam yang telah terlewat
Mungkin ada apa yang kita cari
Masih tersembunyi di lipatan waktu yang tertinggal
Mungkin ada apa yang kita kejar
Justru tak terjamah saat kita melintas
Menunggu lebih terasa beban yang membosankan
Banyak waktu kita terbuang tergilas cuaca
Sendiri seringkali sangat menyakitkan
Meneropong masa depan dari sisi yang gelap
Mungkin ada apa yang kita takuti
Justru telah menghadang di lembaran hari-hari nanti
Mungkin ada apa yang kita benci
Justru telah menerkam menembusi seluruh jiwa kita
Memang seharusnya
Kita tak membuang semangat masa silam
Bermain dalam dada
Setelah usai mengantar kita tertatih-tatih sampai di sini.

Aku Ingin Pulang - EBIET G ADE

Kemanapun aku pergi
Bayang - bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S'lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri
Ku tanya pada siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab s'mua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyian
Aku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan
Menghentikan petualangan
Du... du... du...

Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa - bawa
Perasaan yang bersalah datang menghantuiku
Masih mungkinkah pintumu ku buka
Dengan kunci yang pernah kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa
Aku ingin pulang...
U... hu...
Aku harus pulang...
U... hu...
Aku ingin pulang...
U... hu...
Aku harus pulang...
U... hu...
Aku harus pulang...

Nyanyian Rindu - Ebiet G. Ade

Coba engkau katakan padaku
Apa yang seharusnya aku lakukan
Bila larut tiba
Wajahmu terbayang
Kerinduan ini semakin dalam
Gemuruh ombak di pantai Kuta
Sejuk lembut angin di Bukit Kintamani
Gadis-gadis kecil
Menjajakan cincin
Tak mampu mengusir kau yang manis
Bila saja
Kau ada di sampingku
Sama-sama harungi danau biru
Bila malam
Mata enggan terpejam
Berbincang tentang bulan merah
Coba engkau dengar lagu ini
Aku yang tertidur
Dan tengah bermimpi
Langit-langit kamar
Jadi penuh gambar
Wajahmu yang bening, sejuk, segar
Kapan lagi kita akan bertemu
Meski hanya sekilas kau tersenyum
Kapan lagi kita nyanyi bersama
Tatapanmu membasuh luka.

Berita Kepada Kawan - EBIET G ADE

Perjalanan ini
Terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Di samping ku kawan
Banyak Cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Oh... Oh... Oh...

Tubuhku terguncang
Di hempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
Kering rerumputan
Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
menangis sedih
Oh... Oh... Oh...

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika dia kutanya mengapa
Bapak Ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari
Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit
Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanah ku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang
Oh... Oh... Oh...

Untuk Kita Renungkan - Ebiet G. Ade

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih, suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara, singkirkan debu yang masih melekat hohoo…
Singkirkan debu yang masih melekat
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya, kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar, adalah Dia di atas segalanya
Hohohoo… adalah Dia di atas segalanya
Anak menjerit-jerit asap panas membakar, lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman hanya satu isyarat, bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista, hohohoo…
Tuhan pasti telah memperhitungkan, amal dan dosa yang kita perbuat, hohohoo…
Kemanakah lagi kita ‘kan sembunyi, hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab, mari hanya ‘tuk bersujud padaNya
Kita mesti berjuang memerangi diri, bercermin dan banyak bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini, berusahalah agar Dia tersenyum
Hohohoo… berusahalah agar Dia tersenyum